Suatu ketika, seorang santri putra bertanya pada Ustadznya:
Ya Ustadz, Ceritakan Kepadaku Tentang Akhwat Sejati…

Sang Ustadz pun tersenyum dan menjawab…

Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari sekedar jilbabnya yang lebar, tetapi dari bagaimana ia menjaga pandangan mata (ghudhul bashar), sikap, akhlak, kehormatan dan kemurnian islamnya….

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari kelembutan suaranya, tetapi dari lantangnya ia mengatakan kebenaran di hadapan laki2 bukan mahramnya…..

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya dengan anak2nya, keluarga dekatnya, para jama’ah, para tetangga dan orang2 di sekitarnya.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia dihormati di tempat ia bekerja tetapi bagaimana ia dihormati di dalam rumah tangganya…

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia pintar berhias dan memasak masakan yang enak2, tapi bagaimana ia bisa faham dan mengerti selera dan variasi makan suami dan anak2nya yang sebenarnya tidak rewel, pintar mengatur cash flow finansial keluarga, mengerti bagaimana berpenampilan menarik di hadapan suami dan selalu merasa cukup (qonaah) dengan segala pemberian dari sang suami di saat lapang maupun di saat sempit.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari wajahnya yang cantik, tetapi dari bagaimana ia bermurah senyum dan sejuk jika dilihat di hadapan suaminya dengan sepenuh hati tanpa dibuat2/dipaksakan.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya ikhwan yang mencoba berta’aruf kepadanya, tetapi dari komitmennya untuk mengatakan bahwa sesungguhnya Tidak ada kata “CINTA" sebelum menikah.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari gelar sabuk hitam dalam olahraga beladirinya, tetapi dari sabarnya ia menghadapi lika-liku kehidupan…

Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari sekedar banyaknya ia menghafal Al-Quran, tetapi dari pemahaman ia atas apa yang ia baca/hafal untuk kemudian ia amalkan dalam kehidupan sehari2.


….setelah itu, Si Murid kembali bertanya…
“Adakah Akhwat yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Ya Ustadz ?”

Sang Ustadz kembali tersenyum dan berkata:
“Akhwat seperti itu ada, tapi langka.
Sekalipun ada, biasanya ia memiliki karakter khas antara lain;
Sangat mencintai Allah dan RasulNya melebihi apapun,
tidak lepas dari dunia da’wah (minimal di lingkungan sekitar tempat tinggalnya),
hidup berjamaah tapi tidak dikenal ‘ashobiyah, tidak ingin dikenal-kecuali diminta/didesak oleh jama’ah (masyarakat),
dari keturunan orang2 yang shalih/shalihat,
berasal dari lingkungan yang sangat terpelihara,
punya amalan ibadah harian, mingguan dan bulanan di atas rata2 orang kebanyakan,
hidupnya sederhana namun tetap menarik dan bermanfaat buat orang lain,
dikenal sebagai tetangga yang baik hati,
sangat berbakti terhadap orang tua,
sangat hormat kepada yang lebih tua dan sangat sayang terhadap yang lebih muda,
sangat disiplin dengan sholat fardunya,
rajin shaum sunnah dan qiyamullail & atau bisa jadi amalan ibadah terbaiknya disembunyikan dari mata orang2 yang mengenalnya,
rajin memperbaiki istighfarnya (taubatan nashuha),
rajin mendoakan saudara2nya terutama yang sedang dalam keadaan kesulitan atau sedang terdzolimi secara terang2an/tersembunyi,
rajin bersilaturahim,
rajin menuntut ilmu-mengaji- (terutama yang syar’i)/minimal rajin hadir di majlis ilmu dan mendengarkannya,
senantiasa menambah/memperbaiki ilmunya dan menyampaikan semua ilmu yang ia ketahui setelah terlebih dahulu ia mengamalkannya,
rajin membaca/menghafal alqur’an atau hadits dan buku2 yang bermanfaat,
pintar/kuat hafalannya,
sangat selektif soal makanan/minuman yang ia konsumsi,
sangat perhatian terhadap kebersihan dan sangat disiplin sekali soal thaharah,
sangat terjaga dari soal2 ikhtilat apalagi berkhalwat,
jauh dari gosip-menggosip,
lisan dan semua perbuatannya senantiasa terjaga dari hal2 yang sia2,
zuhud,
istiqomah,
tegar,
tidak takut/bersedih hati hingga berlarut2 melainkan sebentar (wajar),
pandai menghibur dan pandai menutupi aib/kekurangan dirinya dan orang2 yang ia kenal,
mudah memaafkan kesalahan/kekeliruan orang lain tanpa diminta dan tanpa dendam,
ringan tangan untuk membantu sesama,
mudah berinfak (bershadaqah),
ikhlas, jauh dari riya,
ujub,
muhabahat,
takabur dan tidak emosional,
cukup sensitif tapi tidak terlalu sensitif (tidak mudah tersinggung),
selalu berbuat ihsan dan muraqobatullah (selalu merasa dekat dan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT baik di saat ramai maupun di saat sendirian),
selalu berhusnudzon kepada setiap orang,
benar2 berkarakter jujur (shiddiiq),
amanah dan selalu menyampaikan yang haq dengan caranya yang terbaik (tabligh),
pantang mengeluh/berkeluh kesah,
sangat dewasa dalam menyikapi problematika kehidupan,
mandiri,
selalu optimis,
terlihat selalu gembira dan menentramkan,
hari2nya tidak lepas dari perhitungan (muhasabah) bahwa hari ini selalu ia usahakan lebih baik daripada kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini,
dan senantiasa pandai bersyukur atas segala ni’mat (takdir baik) serta senantiasa sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan (takdir buruk) dalam segala keadaan.
Kapan pun dan di manapun.."

Si Murid rupa2nya masih penasaran, dan bertanya kembali kepada Sang Ustadz.
“Ya Ustadz, adakah cara yang paling mudah untuk mendapatkannya? atau minimal bisa mendapatkan seorang Akhwat yang mendekati profil Akhwat Sejati??"

Sang Ustadz pun dengan bijak segera menjawabnya:
“Ada, jika antum ingin mendapatkan Akhwat Sejati nan benar2 Shalihat sebagai teman hidup maka SHALIHKAN DAHULU DIRI ANTUM…!! karena InsyaAllah Akhwat yang shalihat adalah pada dasarnya juga untuk Ikhwan yang shaalih…"

Seorang pemuda dari kaum Anshar yang bernama Tsa'labah bin Abdul Rahman telah masuk Islam. Dia selalu setia melayani

Rasulullah SAW.



Suatu  ketika Rasulullah SAW mengutusnya untuk suatu keperluan. Dalam  perjalanannya, ia melalui rumah seorang sahabat Anshar, maka tidak  sengaja ia melihat wanita Anshar yang sedang mandi.



Karena merasa berdosa dan takut Rasulullah tau apa yang diperbuatnya, maka dia pun

pergi kabur menuju ke sebuah gunung yang berada di antara Mekkah dan Madinah dan terus mendakinya.



Selama empat puluh hari Rasulullah SAW kehilangan dia. Lalu malaikat Jibril turun kepada Nabi SAW dan berkata,



"Wahai  Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu menyampaikan salam dan berfirman  kepadamu, "Sesungguhnya seorang laki-laki dari umatmu berada di antara  pegunungan ini dan telah memohon perlindungan kepada-

Ku.""



Maka  Nabi SAW berkata, "Wahai Umar dan Salman! Pergilah cari Tsa'laba bin  Aburrahman, lalu bawa kemari." Keduanya pun lalu pergi menyusuri  perbukitan Madinah. Dalam pencariannya itu mereka bertemu dengan salah  seorang penggembala Madinah yang bernama Dzufafah.



Umar bertanya kepadanya, "Apakah engkau tahu seorang pemuda di antara perbukitan ini?"



Penggembala itu menjawab, "Jangan-jangan yang engkau maksud seorang laki-laki yang lari dari neraka Jahanam itu?"



"Bagaimana engkau tahu bahwa

dia lari dari neraka Jahanam?" tanya Umar.



Dzaufafah  menjawab, "karena, apabila malam telah tiba, dia keluar kepada kami  dari perbukitan ini dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil  berkata, "Mengapa tidak Engkau cabut saja nyawaku dan Engkau binasakan  tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti keputusan?"



"Ya, dialah yang kami maksud," tegas Umar.



Akhirnya  mereka bertiga pergi bersama-sama. Ketika malam menjelang, keluarlah  dia dari antara perbukitan itu dengan meletakkan tangannya di atas  kepalanya sambil berkata, "Wahai, seandainya saja Engkau cabut nyawaku  dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti-nanti  keputusan!" Lalu Umar menghampirinya dan mendekapnya.



Tsa'labah berkata, "Wahai Umar, apakah Rasulullah telah mengetahui dosaku?"



"Aku tidak tahu, yang jelas kemarin beliau menyebut-nyebut namamu lalu mengutus aku dan

Salman untuk mencarimu."



Tsa'labah berkata, "Wahai Umar, jangan kau bawa aku menghadap beliau kecuali dia dalam keadaan sholat"



Ketika  mereka menemukan Rasulullah SAW tengah melakukan sholat, Umar dan  Salman segera mengisi shaf. Tatkala Tsa'laba mendengar bacaan Nabi saw,  dia tersungkur pingsan.



Setelah Nabi mengucapkan salam, beliau bersabda, "Wahai Umar, Salman, apakah engkau menemukan Tsa'labah?"



Keduanya menjawab, "Ini dia, wahai Rasulullah saw!"



Maka  Rasulullah berdiri dan menggerak-gerakkan Tsa'labah yang membuatnya  tersadar. Rasulullah SAW berkata kepadanya, "Apa yang menyebabkan engkau  lari dariku?"

Tsa'labah menjawab, "Dosaku, ya Rasulullah!"

Beliau mengatakan, "Bukankah telah kuajarkan kepadamu suatu ayat yang dapat menghapus dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan?"

"Benar, wahai Rasulullah."

Rasulullah SAW bersabda,



"Katakan •Rabbanaa aatina fid dunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa adzaban naar•

[QS Al-Baqarah : 201]



Tsa'labah berkata, "Dosaku sangat besar wahai Rasulullah."

Beliau bersabda, "Akan tetapi Kalam Allah lebih besar lagi."



Kemudian  Rasulullah memerintahkan Tsa'labah agar pulang ke rumahnya. Di rumah  dia jatuh sakit selama delapan hari. Mendengar Tsa'labah sakit, Salman  pun datang menghadap Rasulullah SAW lalu berkata, "Wahai Rasulullah,  masihkah engkau mengingat Tsa'labah? Dia sekarang sedang sakit keras."



Maka  Rasulullah SAW datang menemuinya dan meletakkan kepala Tsa'labah di  atas pangkuan beliau. Akan tetapi Tsa'labah menyingkirkan kepalanya dari  pangkuan beliau.



"Mengapa engkau singkirkan kepalamu dari pangkuanku?" tanya Rasulullah SAW.

"Karena kepala ini penuh dengan dosa." Jawabnya.



Beliau bertanya lagi, "Apa yang engkau keluhkan?"

"Seperti dikerubuti semut pada tulang, daging, dan kulitku." Jawab Tsa'labah.

Beliau bertanya, "Apa yang kau inginkan?"

"Ampunan Tuhanku," Jawabnya singkat.



Maka  turunlah malaikat Jibril dan berkata, "Wahai Muhammad, sesungguhnya  Tuhanmu mengucapkan salam untukmu dan berfirman kepadamu, "Kalau saja  hamba-Ku ini menemui Aku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi, niscaya  Aku akan temui dia dengan ampunan sepenuh bumi pula."



Maka segera  Rasulullah SAW memberitahukan hal itu kepada Tsa'labah. Mendengar  berita itu, terpekiklah Tsa'labah dan langsung ia meninggal dunia  seketika.



Lalu Rasulullah SAW memerintahkan agar Tsa'labah segera  dimandikan dan dikafani. Ketika telah selesai dishalatkan, Rasulullah  SAW berjalan sambil berjingkat-jingkat.



Setelah selesai pemakamannya, para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, kami lihat engkau berjalan sambil berjingkat-jingkat."



Beliau  bersabda, "Demi Zat yang telah mengutusku dengan benar sebagai Nabi,  sungguh aku tidak mampu meletakan telapak kakiku di tanah karena  banyaknya malaikat yang melayat Tsa'labah."

”Dengan  nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi  Allah seru sekalian alam. Yang telah memberi kita nikmat Iman dan Islam,  serta nikmat sehat. Salawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi  Muhammad S.A.W., kepada keluarganya serta para sahabatnya.



Istimewanya wanita:

Menurut Islam, do’a wanita lebih makbul daripada do’a pria karena sifat penyayang seorang wanita yang lebih kuat daripada pria.

Ketika  ditanya kepada Rasulullah S.A.W. akan hal tersebut, jawab baginda: ”Ibu  (wanita) lebih penyayang daripada bapak (pria) dan do’a orang yang  penyayang tidak akan sia-sia.”



Berikut adalah 40 (empatpuluh) keistimewaan wanita menurut Islam



1. Wanita yang sholehah (baik) itu lebih baik daripada 70 orang pria yang sholeh.

2. Barang  siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang  yang senantiasa menangis karena takutkan Allah S.W.T. dan orang yang  takutkan Allah S.W.T. akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.

3. Barang  siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu  diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah.  Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak pria. Maka barang  siapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak  Nabi Ismail A.S.

4. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah S.A.W.) di dalam surga.

5. Barang  siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau  dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan  dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa  takwa serta bertanggung jawab, maka baginya adalah surga.

6. Dari  Aisyah r.a. ”Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak  perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan  menjadi penghalang baginya daripada api neraka.”

7. Surga itu di bawah telapak kaki ibu.

8. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.

9. Wanita  yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka  dan terbuka pintu-pintu surga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia  kehendaki dengan tidak dihisab.

10. Wanita  yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara,  malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya  selama mana dia taat kepada suaminya dan direkannya (serta menjaga  sembahyang dan puasanya).

11. Aisyah  r.a. berkata, ”Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W., siapakah yang  lebih besar haknya terhadap wanita?” Jawab baginda, ”Suaminya.” ”Siapa  pula berhak terhadap pria?” tanya Aisyah kembali, jawab Rasulullah  S.A.W., ”Ibunya.”

12. Perempuan  apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan, memelihara  kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu surga  mana saja yang dia kehendaki.

13. Tiap  perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T.  memasukkan dia ke dalam surga lebih dahulu daripada suaminya (10.000  tahun).

14. Apabila  seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka  beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T. mencatatkan baginya  setiap hari dengan 1.000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1.000  kejahatan.

15. Apabila  seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T.  mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T.

16. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.

17. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.

18. Apabila  semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka  Allah S.W.T. memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba  dengan ikhlas untuk membela agama Allah S.W.T.

19. Seorang wanita sholehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.

20. Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk daripada 1.000 pria yang jahat.

21. 2 rakaat sholat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat sholat wanita yang tidak hamil.

22. Wanita  yang memberi minum air susu ibu (asi) kepada anaknya daripada badannya  (susu badannya sendiri) akan dapat satu pahala daripada tiap-tiap titik  susu yang diberikannya.

23. Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan mendapat pahala jihad.

24. Wanita  yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat  istrinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah S.W.T. dengan penuh  rahmat.

25. Wanita  yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah S.W.T. dan  kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk surga 500 tahun lebih  awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70.000 malaikat dan bidadari  dan wanita itu akan dimandikan di dalam surga. Dan menunggu suaminya  dengan menunggang kuda yang dibuat daripada yakut.

26. Wanita  yang tidak cukup tidur pada malam hari karena menjaga anak yang sakit  akan diampuni oleh Allah S.W.T. akan seluruh dosanya dan bila dia  hiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadah.

27. Wanita yang memerah susu binatang dengan ”bismillah” akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.

28. Wanita yang menguli tepung gandum dengan ”bismillah” Allah S.W.T. akan berkatkan rezekinya.

29. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti menyapu lantai di baitullah.

30. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.

31. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadah pada malam hari.

32. Wanita  yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun sholat dan puasa dan setiap  kesakitan pada satu uratnya Allah S.W.T. mengurniakan satu pahala haji.

33. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dianggap sebagai mati syahid.

34. Jika wanita melayani suami tanpa khianat, akan mendapat pahala 12 tahun sholat.

35. Jika  wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo (2,5 tahun), maka  malaikat-malaikat di langit akan kabarkan berita bahwa surga wajib  baginya.

36. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah S.W.T. akan memberi pahala satu tahun sholat dan puasa.

37. Jika  wanita memijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas dan  jika wanita memijat suami bila disuruh akan mendapat pahala 7 tola  perak.

38. Wanita yang meninggal dunia dengan keridhoan suaminya akan memasuki surga.

39. Jika suami mengajarkan istrinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadah.

40. Semua  orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah S.W.T. di akhirat,  tetapi Allah S.W.T. akan datang sendiri kepada wanita yang memberati  auratnya yaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.





jadi pengen nikah m punya anak :D,,,,,,,,,, 8/9 tahun lagi ya :))

amen

Hari yang penuh kemuliaan dan
diagungkan di dalam Islam. Tahukah kita apa saja yang terdapat di
dalamnya? Berikut ini beberapa keutamaan yang terdapat di dalam
hari Jum'at.
Hari jum’at adalah sayyidul ayyaam (pemimpin hari) dan hari
yang paling agung dan paling utama di sisi Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Pada hari itu terdapat lima kejadian yang besar, yaitu
diciptakannya Adam, diturunkannya ke bumi, dan diwafatkannya,
pada hari itu terdapat satu waktu mustajabah untuk berdoa yang
pasti dikabulkan, dan pada hari Jum’at pula kiamat akan terjadi.
Oleh karenanya, pada hari tersebut para malaikat, langit, bumi,
angin, gunung, dan lautan merasa khawatir di hari Jum’at (akan
terjadi kiamat).
Hari jum’at adalah sayyidul ayyaam (pemimpin hari) dan hari
yang paling agung dan paling utama di sisi Allah Subhanahu
wa Ta'ala.
Ringkasnya, hari Jum’at memiliki keutamaan yang tidak dimiliki
hari lain. Kedudukannya di bandingkan dengan hari lain, seperti
bulan Ramadlan terhadap bulan yang lain dan waktu ijabah doa
pada hari itu sebagaimana lailatul qadar pada bulan Ramadlan.
Hari Jum’at menjadi cermin bagi kualitas amal sepekan seorang
hamba, sebagaimana Ramadlan yang menjadi cerminan amal
setahunnya. Jika amalnya pada hari Jum’at tersebut baik, seolah-
olah menggambarkan amalnya pada pekan tersebut juga baik.
Sebagimana Ramadlan, jika ibadah di dalamnya baik, baik pula
amalnya pada tahun tersebut, begitu juga sebaliknya.
Jika amalnya pada hari Jum’at tersebut baik, seolah-olah
menggambarkan amalnya pada pekan tersebut juga baik.
Sesungguhnya pada hari Jum’at terdapat ibadah yang wajib dan
sunnah yang tak diperoleh di selainnya. Di antaranya shalat Jum’at,
bersuci dan memakai wewangian dan pakaian terbagus yang
dimiliki ketika menghadiri jum’atan, membaca surat Al Kahfi,
bershalawat untuk Rasulullah, dan amal-amal shalih lainnya.
Karenanya, seorang hamba hendaknya menjadikan hari Jum’at
sebagai hari ibadah dan meliburkan diri dari kegiatan duniawi,
bukan hari Ahad yang menjadi hari ibadah orang Nashrani.
Karenanya, seorang hamba hendaknya menjadikan hari
Jum’at sebagai hari ibadah dan meliburkan diri dari kegiatan
duniawi,
bukan hari Ahad yang menjadi hari ibadah orang Nashrani.
Di hari Jum’at ada penghapusan dosa
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya, dari Salman dia
berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadaku,
“apakah kamu tahu hari Jum’at itu?” aku menjawab, “hari Jum’at
adalah hari Allah mengumpulkan Nabi Adam.” Beliau menjawab,
ﻲِّﻨِﻜَﻟ ﻱِﺭْﺩَﺃ ﺎَﻣ ُﻡْﻮَﻳ ِﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ ﺎَﻟ
ُﺮَّﻬَﻄَﺘَﻳ ُﻞُﺟَّﺮﻟﺍ ُﻦِﺴْﺤُﻴَﻓ ُﻩَﺭﻮُﻬُﻃ َّﻢُﺛ
ﻲِﺗْﺄَﻳ َﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ ُﺖِﺼْﻨُﻴَﻓ ﻰَّﺘَﺣ َﻲِﻀْﻘَﻳ
ُﻡﺎَﻣِﺈْﻟﺍ ُﻪَﺗﺎَﻠَﺻ ﺎَّﻟِﺇ َﻥﺎَﻛ ًﺓَﺭﺎَّﻔَﻛ ُﻪَﻟ ﺎَﻣ
ُﻪَﻨْﻴَﺑ َﻦْﻴَﺑَﻭ ِﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ ِﺔَﻠِﺒْﻘُﻤْﻟﺍ ﺎَﻣ
ْﺖَﺒِﻨُﺘْﺟﺍ ُﺔَﻠَﺘْﻘَﻤْﻟﺍ
“Tapi aku mengetahui apa hari jum’at itu. Tidaklah seseorang
menyempurnakan bersucinya, lalu mendatangi shalat Jum’at,
kemudian diam hingga imam selesai melaksanakan shalatnya,
melainkan akan menjadi penghapus dosa antara Jum’at itu dengan
Jum’at setelahnya, jika dia menjauhi dosa besar.”
. . . kemudian diam hingga imam selesai melaksanakan
shalatnya, melainkan akan menjadi penghapus dosa antara
Jum’at itu dengan Jum’at setelahnya, jika dia menjauhi dosa
besar.”
Masih dalam Al Musnad, dari Atha' al Khurasani, dari Nubaisyah al
Hudzaliy bahwa dia meriwayatkan dari Rauslullah shallallahu 'alaihi
wasallam, "Bahwasanya jika seorang muslim mandi pada hari
Jum'at, lalu datang ke masjid dan tidak menyakiti seseorang; dan
jika dia mendapati imam belum datang di masjid, dia shalat
hingga imam datang; dan jika ia mendapati imam telah datang, dia
duduk mendengarkan khutbah, tidak berbicara hingga imam
selesai melaksanakan khutbah dan shalatnya. Maka (balasannya)
adalah akan diampuni semua dosa-dosanya pada Jum'at tersebut
atau akan menjadi penebus dosa Jum'at sesudahnya."
Dari Abu Darda', Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
ْﻦَﻣ َﻞَﺴَﺘْﻏﺍ َﻡْﻮَﻳ ِﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ َﺲِﺒَﻟَﻭ ُﻪَﺑﺎَﻴِﺛ
َّﺲَﻣَﻭ ﺎًﺒﻴِﻃ ْﻥِﺇ َﻥﺎَﻛ ُﻩَﺪْﻨِﻋ َّﻢُﺛ ﻰَﺸَﻣ ﻰَﻟِﺇ
ِﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ ِﻪْﻴَﻠَﻋَﻭ ُﺔَﻨﻴِﻜَّﺴﻟﺍ ْﻢَﻟَﻭ َّﻂَﺨَﺘَﻳ
ﺍًﺪَﺣَﺃ ْﻢَﻟَﻭ ِﻩِﺫْﺆُﻳ َﻊَﻛَﺭَﻭ ﺎَﻣ َﻲِﻀُﻗ ُﻪَﻟ َّﻢُﺛ
َﺮَﻈَﺘْﻧﺍ ﻰَّﺘَﺣ َﻑِﺮَﺼْﻨَﻳ ُﻡﺎَﻣِﺈْﻟﺍ َﺮِﻔُﻏ ُﻪَﻟ
ﺎَﻣ َﻦْﻴَﺑ ِﻦْﻴَﺘَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ
"Siapa mandi pada hari Jum'at, lalu memakai pakaiannya (yang
bagus) dan memakai wewangian, jika punya. Kemudian berjalan
menuju shalat Jum'at dengan tenang, tidak menggeser seseorang
dan tidak menyakitinya, lalu melaksanakan shalat semampunya,
kemudian menunggu hingga imam beranjak keluar, maka akan
diampuni dosanya di antara dua Jum'at." (HR. Ahmad dalam
Musnadnya)
Dalam Shahih Al Bukhari, dari Salman radliyallah 'anhu, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
ﺎَﻟ ُﻞِﺴَﺘْﻐَﻳ ٌﻞُﺟَﺭ َﻡْﻮَﻳ ِﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ
ُﺮَّﻬَﻄَﺘَﻳَﻭ ﺎَﻣ َﻉﺎَﻄَﺘْﺳﺍ ْﻦِﻣ ٍﺮْﻬُﻃ ُﻦِﻫَّﺪَﻳَﻭ
ْﻦِﻣ ِﻪِﻨْﻫُﺩ ْﻭَﺃ ُّﺲَﻤَﻳ ْﻦِﻣ ِﺐﻴِﻃ ِﻪِﺘْﻴَﺑ َّﻢُﺛ
ُﺝُﺮْﺨَﻳ ﺎَﻠَﻓ ُﻕِّﺮَﻔُﻳ َﻦْﻴَﺑ ِﻦْﻴَﻨْﺛﺍ َّﻢُﺛ
ﻲِّﻠَﺼُﻳ ﺎَﻣ َﺐِﺘُﻛ ُﻪَﻟ َّﻢُﺛ ُﺖِﺼْﻨُﻳ ﺍَﺫِﺇ
َﻢَّﻠَﻜَﺗ ُﻡﺎَﻣِﺈْﻟﺍ ﺎَّﻟِﺇ َﺮِﻔُﻏ ُﻪَﻟ ﺎَﻣ ُﻪَﻨْﻴَﺑ
َﻦْﻴَﺑَﻭ ِﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ ﻯَﺮْﺧُﺄْﻟﺍ
“Tidaklah seseorang mandi pada hari jum’at dan bersuci
semampunya, berminyak dengan minyaknya atau mengoleskan
minyak wangi yang di rumahnya, kemudian keluar (menuju
masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang
duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang
sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan dengan
seksama ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni (dosa-
dosanya yang terjadi) antara jum’at tersebut dan jum’at
berikutnya.” (HR. Bukhari)
bahwa pengampunan dosa dari satu Jum'at ke Jum'at
berikutnya memiliki syarat. Yaitu dengan melaksanakan
amalan-amalan yang disebutkan dalam hadits, antara lain
mandi, . . .
*Keterangan: bahwa pengampunan dosa dari satu Jum'at ke
Jum'at berikutnya memiliki syarat. Yaitu dengan melaksanakan
amalan-amalan yang disebutkan dalam hadits, antara lain mandi,
membersihkan diri, memakai minyak atau wewangian, memakai
pakaian terbagus, berjalan ke masjid dengan tenang, tidak
melangkahi dan memisahkan antara dua orang yang duduk
bersebelahan, tidak menyakitinya, shalat nafilah, tidak bicara dan
tidak melakukan sesuatu yang sia-sia selama khutbah hingga
selesai shalat. Dan masih ada satu syarat lagi, yaitu selama dia
tidak melakukan dosa besar di hari itu. (PurWD/voa-islam.com)
Keajaiban Jihad Palestina
Thursday, February 03, 2011 7:56 PM
JAKARTA (voa-islam.com) – Semasa hidupnya, almarhumah
Imanda Amalia pernah membagi pengalamannya ketika bertugas
di Jabaliya, Palestina, bulan Juli 2010 lalu. Pengalaman berharga itu
juga disebarkan ke group Facebook milik Science of Universe,
Kamis (3/2/2011) siang.
Inilah catatan Imanda Amalia dari Gaza Strip:
Jabaliya, Gaza Strip 7:48:27 AM | Thu, Jul 15, 2010
SubhanALLAH..... SubhanALLAH... SubhanALLAH...
Hanya itu yang tlontar dari lisanku saat melihat kejadian yang
membuatku tak mempercayai apa yg ku lihat.
Pagi ini setelah sholat subuh aku sedang menyapa teman dan
orang tcinta lewat chatting. Tiba aku dtugaskan untuk berangkat ke
al Awda Maternity Hospital untuk sectio. Sekitar 2 km dari Mess.
Dalam pjalananku menuju kesana aku melihat anak laki berlarian
dgn batu d tangan mereka. Aaaaaahhh lagi intifadhah, masih pagi
mereka sudah berusaha menghalau para pencuri tanah air mereka
itu dgn batu ....
Awalnya ku lihat tentara itu diam saja menghindar, namun tiba
mereka memberondongkan senjatanya ke arah anak
Berlarian mereka mencoba menyelamatkan diri sambil terus
melempari para tentara itu dgn batu.
SubhanALLAH....
Tiba aku melihat hijab putih besar melingkupi anak tsb ... Seperti
kabut tipis berwarna putih membentuk kubah yang melindungi
anak tsebut. Jarak mereka begitu dekat dengan tentara yg
mengejar mereka namun para tentara itu spt tdk dapat melihat
mereka dan kehilangan arah. Sementara anak itu sama sekali tdk
tsentuh peluru
Gemetar tubuhku melihat keajaiban itu tjadi langsung d depan
mataku. Aku katakan pada Abdullah driver kami apakah dia juga
melihat hijab itu ?
“ Yes Doc, God always give the hand here.... “ ALLAHu Akbar ...
ALLAHu akbar..... Kelu lidahku, tubuhku bgetar..... Aku
menyaksikannya langsung Aku melihat langsung kuasanya.
SubhanALLAH ............" [taz/inl]

wanita sholehah Laksana rembulan...
Menyinari insan bumi.
Jika ia memandang...
Dunia seakan tergetar karena ketulusannya
Jika ia berkata...
Dunia seakan terlena karena kelembutannya.
Jika ia tersenyum...
Dunia pun ikut tersenyum karena keikhlasannya.
Laksana pelita...
Tubuh terbakar demi sebuah pengorbanan
Menjadi penuntun di tengah gemerlapnya dunia.
Laksana sahabiyah...
Langkah kakinya bagai langkah Fatimah.
Hidupnya penuh ketenangan jiwa.
Karena hatinya selalu berdzikir.
Dialah wanita sholehah..
Yang senantiasa menjadi penentu.
Akan sebuah perubahan dunia
Wanita cantik yang solehah
Penyejuk mata
Penawar hati
Penajam fikiran
Di rumah ia istri
Di jalanan kawan
Di waktu kita buntu
Dia penunjuk jalan
Pandangan kita diperteguhkan
Menjadikan kita tetap pendirian
Ilmu yang diberi dapat disimpan
Kita lupa ia mengingatkan
Nasehat kita dijadikan pakaian
Silaf kita dia betulkan
Penghibur di waktu kesunyian
Terasa ramah bila bersamanya
Dia umpama tongkat si buta
Bila tiada satu kehilangan
Dia ibarat simpanan ilmu
Semoga kekal untuk diwariskan...

Kisah tentang cinta luar biasa, cinta para sahabat kepada RasulNya.
Pada hari tersebut, turun sebuah ayat,
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuredhai Islam menjadi
agama bagimu ”.
Para sahabat bergembira dan bersorak, “Agama kita telah
sempurna, agama kita telah sempurna”.
Kegembiraan yang memuncak setelah 23 tahun perjuangan suka
dan duka bersama Rasul pilihan Allah. Di tengah kegembiraan para
sahabat, ada seorang sahabat mulia yang bersedih atas firman
tersebut. Abu Bakar As-Siddiq dengan perasaannya yang halus,
mula menangis sendirian. Ia memahami bahawa di sebalik
kesempurnaan pasti ada kesudahannya. Dia menyedari Rasulullah
yang dicintai akan meninggalkan dunia ini kembali menghadap
kekasihnya yang Agung, Allah SWT.
Tangisan Abu Bakar didengari para sahabat yang lain. Setelah Abu
Bakar menjelaskan mengapa dia menangis, para sahabat lain pun
mula menangis. Kesedihan yang melanda dek kerana kecintaan yang
mendalam terhadap insan mulia yang bertahun-tahun hidup dan
berjuang bersama-sama mereka melalui ukhuwah yang tiada
tandingnya, bakal meninggalkan mereka.
Mengetahui para sahabat menangis, Rasulullah bergegas mendatangi
mereka. Di depan mereka Rasulullah SAW bersabda:
“ Semua yang dikatakan Abu Bakar r.a adalah benar dan
sesungguhnya masa untuk aku meninggalkan kamu semua adalah
dekat ”
Mendengar perkataan Rasulullah SAW, Abu Bakar kembali menangis
sekuat tenaganya sehingga jatuh pengsan, tubuh Ali ibn Abi Thalib
bergetar, dan sahabat lainnya menangis dengan sepenuh hati
mereka.
Beberapa masa kemudian Rasullullah SAW sakit. Kota Madinah
berada dalam suasana kesedihan. Di suatu subuh, setelah azan, Bilal
ibn Rabah bergegas menuju ke kamar Rasullullah.
Di sana Fatimah menyambut Bilal dan berkata, “Jangan kau ganggu
Rasullullah, baginda sedang sakit”.
Bilal kembali ke masjid, di sana masih tak ada yang sanggup
menggantikan Rasulullah menjadi imam shalat subuh. Semua yang
hadir di masjid diselimuti kesedihan. Kali kedua, Bilal kembali
mendatangi kamar Nabi, dan Fatimah kembali mencegah Bilal kerana
keadaan Nabi yang sedang tenat.
Bilal menjawab, “Subuh hampir tiada, tak ada yang dapat
memimpin shalat”
Dari dalam kamar Rasulullah mendengar percakapan tersebut dan
mememerintahkan agar Abu Bakar menjadi imam shalat Subuh.
“Abu Bakar tidak berhenti menangis” seru Bilal.
Rasululah pun bergegas ke masjid dipapah oleh para sahabat.
Masjid penuh sesak dengan kaum Muhajirin beserta Anshar.
Perasaan cinta menyelubungi suasana, kekasih yang baru saja
terbangun dari sakitnya membuat semua sahabat tidak mahu
melepaskan kesempatan ini. Setelah mengimami shalat, nabi berdiri
di atas mimbar. Suaranya basah, menyenandungkan puji dan
kesyukuran kepada Allah yang Maha Pengasih. Senyap segera saja
datang, mulut para sahabat tertutup rapat, semua menajamkan
pendengaran menuntaskan kerinduan pada suara Rasulullah yang
dicintai. Semua menyiapkan hati, untuk disentuh serangkai hikmah.
Selanjutnya Nabi bertanya,
“Wahai sahabat, kalian tahu umurku tidak lagi panjang. Siapakah
diantara kalian yang pernah merasa teraniaya oleh si lemah ini,
bangkitlah sekarang untuk mengambil kisas, jangan kau tunggu
hingga kiamat menjelang, karena sekarang itu lebih baik ”.
Semua yang hadir terdiam, semua mata tertumpu kepada Nabi
yang kelihatan lemah. Tak pernah ada dalam benak mereka perilaku
Nabi yang terlihat janggal. Apapun yang dilakukan Nabi, selalu saja
indah. Segala hal yang diperintahkannya, selalu membuihkan bening
sari pati cinta. Tak akan rela sampai bila pun, ada yang
menyentuhnya meskipun hanya secuit jari kaki. Apapun akan
digadaikan untuk membela Al-Musthafa.
Melihat semua yang terdiam, nabi mengulangi lagi ucapannya, kali
ini suaranya terdengar lebih keras. Para sahabat masih lagi duduk
tenang. Sehingga ucapan yang ketiga, seorang lelaki berdiri menuju
Nabi. Dialah `Ukasyah Ibnu Muhsin.
“Ya Rasul Allah, dulu aku pernah bersamamu di perang Badar.
Untaku dan untamu berdampingan, dan aku pun menghampirimu
agar dapat menciummu. Wahai kekasih Allah, saat itu engkau
memukul untamu agar dapat berjalan lebih cepat, namun
sesungguhnya engkau memukul badanku. Oleh itu aku hendak tahu
apakah engkau sengaja memukulku atau hendak memukul
untamu ?” ucap `Ukasyah.
Rasulullah SAW berkata, “Wahai Ukasyah, Rasulullah SAW sengaja
memukul kamu”.
Rasulullah kemudian berkata kepada Bilal r.a, “Wahai Bilal kamu pergi
ke rumah Fatimah dan ambilkan tongkatku kemari”
Bilal keluar dari masjid dan menuju ke rumah Fatimah sambil
meletakkan tangannya dia atas kepala dengan berkata, “Rasulullah
telah menyediakan dirinya untuk dibalas (dikisas)”.
Segera setelah sampai, tongkat diserahkannya kepada Rasul mulia.
Dengan cepat tongkat berpindah ke tangan `Ukasyah. Masjid seketika
mendengung seperti sarang lebah.
Dua tubuh badan keluar dari barisan yang paling hadapan. Yang
pertama berwajah sendu, janggutnya basah oleh air mata yang
menderas sejak dari tadi, dialah Abu Bakar. Dan yang kedua,
seorang pemberani, yang ditakuti para musuhnya di medan
pertempuran, Umar Ibn Khattab. Segera mereka berkata:
“ Hai `Ukasyah, pukulah kami berdua, sesuka hatimu. Pilihlah
bahagian manapun yang paling kau ingin, kisaslah kami, jangan
sekali-kali engkau pukul Rasul ”
“Duduklah kalian sahabatku, Allah telah mengetahui kedudukan
kalian”, Nabi memberi perintah secara tegas.
Kedua sahabat itu longlai, langkahnya surut menuju tempat semula.
Mereka memandang `Ukasyah dengan pandangan memohon.
`Ukasyah tidak berganjak.
Melihat Umar dan Abu Bakar duduk kembali, Ali bin Abi Thalib tidak
berdiam diri. Berdirilah dia di depan `Ukasyah dengan berani.
“Hai hamba Allah, inilah aku yang masih hidup siap menggantikan
kisas Rasul, inilah punggungku, ayunkan tanganmu sebanyak
apapun, deralah aku ”.
“Allah Swt sesungguhnya tahu kedudukan dan niatmu wahai Ali,
duduklah kembali” ucap Nabi.
“Hai `Ukasyah, engkau tahu, kami adalah cucu Rasulullah, kami
darah dagingnya, bukankah ketika engkau memukul kami, itu ertinya
mengkisas Rasul juga ”, kini yang tampil di depan `Ukasyah adalah
Hasan dan Husain.
Tetapi sama seperti sebelumnya Nabi menegur mereka. “Wahai
penyejuk mata, aku tahu kecintaan kalian kepadaku. Duduklah”.
Masjid kembali ditelan sunyi. Banyak jantung yang berdegup
kencang. Tidak terhitung yang menahan nafas. `Ukasyah tetap tegap
menghadap Nabi. Kini tak ada lagi yang berdiri ingin menghalangi
`Ukasyah mengambil kisas.
“Wahai `Ukasyah, jika kau tetap berhasrat mengambil kisas, inilah
jiwaku, Nabi selangkah maju mendekatinya”.
“Ya Rasul Allah, saat Engkau memukulku, tak ada sehelai kain pun
yang menghalang pukulan itu”, ucap `Ukasyah.
Tanpa berbicara, Nabi langsung melepaskan bajunya yang telah
luntur. Dan tersingkaplah tubuh suci Rasulullah. Seketika pekik takbir
menggema, semua yang hadir menangis pedih.
Melihat tegap badan manusia yang maksum itu, `Ukasyah langsung
meninggalkan tongkat dan bergegas ke tubuh Nabi. Sepenuh cinta
dipeluknya Nabi, mencium Nabi begitu mesra. Kerinduan yang
menggunung kepada baginda, diluahkan saat itu juga. `Ukasyah
menangis gembira, bertasbih memuji Allah, berteriak haru dan
gementar bibirnya berucap sendu.
“Tebusanmu, jiwaku ya Rasul Allah, siapakah yang sanggup
mengkisas manusia indah sepertimu. Aku hanya berharap tubuhku
melekat dengan tubuhmu hingga Allah dengan keistimewaan ini
menjagaku dari sentuhan api neraka ”.
Dengan tersenyum, Nabi berkata, “Ketahuilah wahai manusia,
sesiapa yang ingin melihat penghuni syurga, maka inilah orangnya”
`Ukasyah langsung tersungkur dan bersujud memuji Allah.
Sedangkan yang lain berebut mencium `Ukasyah dan saling
bersalaman. Pekikan takbir menggema kembali.
Para jemaah berkata “Wahai `Ukasyah, inilah keuntungan paling
besar bagimu. Engkau telah memperolehi darjat yang tinggi dan
bertemankan Rasulullah SAW di syuga ”
Berbahagialah seandainya menjadi Ukasyah yang diberi kesempatan
memeluk Rasulullah
Ya Rasulullah Aku Rindu padamu…

Dalam film kartun Sponge Bob, setiap tokoh kartunnya memiliki
beberapa karakter yang berbeda, dan di tiap karakter itu terdapat
beberapa sifat yang dianggap sebagai 7 dosa besar, ini adalah
beberapa karakter dari semua tokoh kartun Spongebob tersebut.


1. Sloth/Kemalasan (Patrick)
Kemalasan adalah suatu hal yang dianggap dosa, termasuk
kemalasan dalam bertindak. Jelas ini adalah sifat Patrick. Dia tinggal di
bawah batu sepanjang waktu dan tidak pernah melakukan apa-apa.
Bahkan dalam episode "Big Pink Loser", dia mendapatkan
penghargaan untuk tidak melakukan apa-apa paling lama.

2. Wrath/Amarah (Squidward)
Amarah melibatkan perasaan kebencian dan kemarahan. Squidward
membenci hidupnya dan juga membenci Sponge Bob, dan
sebagian besar waktunya dihabiskan untuk marah-marah.

3. Greed/Keserakahan (Mr. Krabs)
Jelas Mr. Krabs adalah tokoh yang sangat serakah terhadap uang.
Bagaimana mungkin tidak? dia benar-benar berfikir bahwa uang
adalah segalanya,

4. Envy/Iri hati (Plankton)
Plankton iri kepada Mr. Krabs karena The Krusty Krab sangat sukses,
sedangkan The Chum Bucket adalah sebuah kegagalan. Iri
membuatnya ingin mencoba untuk mencuri formula rahasia Krabby
Patty.

5. Gluttony/Kerakusan (Gary)
Saya benar-benar berpikir bahwa yang satu ini cukup lucu. Apakah
Anda pernah memperhatikan Sponge Bob dimana dia selalu
mengatakan, "jangan lupa untuk memberi makan, Gary" atau
mengatakan, "Saya harus pergi makan Gary". Gary bahkan lari saat
Sponge Bob lupa untuk memberinya makan. kerakusan biasanya
mengacu pada berlebihan dalam hal makan.

6. Pride/Kebanggan (Sandy)
Sandy bangga terhadap siapa dirinya dan darimana dia berasal. Dia
bangga pada kenyataan bahwa dia dari Texas dan senang kalau
semua orang tahu tentang itu. Dia juga bangga pada kenyataan
bahwa dia adalah mamalia dan makhluk darat, seperti dalam episode
"Pressure", dimana dia mencoba untuk membuktikan bahwa
makhluk darat lebih baik daripada makhluk laut.

7. Lust/Nafsu (Sponge Bob)
Kelihatannya aneh dan penasaran pada awalnya. Nafsu dalam suatu
definisi adalah, "kasih sayang berlebihan terhadap orang lain". Ini
jelas dialamatkan pada Sponge Bob. Dia menunjukkan cintanya
kepada orang lain dengan semangat untuk berbuat baik dan
membantu orang dan nafsu terhadap perkerjaannya,.


Itulah beberapa definisi tentang beberapa sifat-sifat dari beberapa tokoh dari Sponge Bob yang mungkin saja termasuk dalam
beberapa dosa besar, tapi di balik semua itu, kartun tersebut tetap
lucu dan sebagai hiburan yang menarik untuk semua.

Sumber: http://hermawayne.blogspot.com/2011/02/sponge-bob-
dan-7-dosa-besar.html
Cek TKPnya : http://menujuhijau.blogspot.com/2011/02/7-dosa-
dalam-film-spongebob.html#ixzz1D8nQE58O

In the cartoon Sponge Bob, every cartoon character has several different characters, and in each character that there is some properties that are considered as 7 major sins, this is some characters of all the Spongebob cartoon.

1. Sloth / Laziness (Patrick) Laziness is a matter that is considered a sin, including laziness in action. Clearly, this is the nature of Patrick. She lives in under a rock all the time and never do anything. Even in the episode "Big Pink Loser", he got awards for not doing anything at the latest.
2. Wrath / Anger (Squidward) Anger involves feelings of hatred and anger. Squidward hates his life and also hate Sponge Bob, and most of the time spent to get angry.
3. Greed / Greed (Mr. Krabs) Clearly Mr. Krabs is the figure who is very greedy for money. How could not? he really think that money is everything,
4. Envy / Jealousy (Plankton) Mr Plankton envy. The Krusty Krab Krabs as very successful, while The Chum Bucket is a failure. Envy made him want to try to steal the secret formula for Krabby Patty.
5. Gluttony / Gluttony (Gary) I really think that this one is pretty funny. Is You never pay attention to where he always Sponge Bob said, "do not forget to feed, Gary" or said, "I must go eat Gary". Gary even ran away when Sponge Bob forgot to feed him. greed usually refers to the excessive in terms of eating.
6. Pride / Pride (Sandy) Sandy is proud of who he was and where he came from. He pride in the fact that he was from Texas and happy if everyone knows about it. He is also proud of the fact that he is the mammals and terrestrial creatures, such as in the episode "Pressure", which he tried to prove that land creature is better than sea creatures.
7. Lust / Lust (Sponge Bob) It seems strange and curious at first. Lust in a definition is, "excessive love of others." This clearly addressed in Sponge Bob. He shows his love to others with a passion for doing good and helping people and passion to perkerjaannya,.

Those are some definitions of some of the properties of several characters from Sponge Bob that may be included in some great sin, but underneath it all, the cartoon still funny and interesting as entertainment for all.
Source: http://hermawayne.blogspot.com/2011/02/sponge-bob- and-7-sins-besar.html Check TKPnya: http://menujuhijau.blogspot.com/2011/02/7-dosa- in-film-spongebob.html # ixzz1D8nQE58O

“…terlalu sering terdengar atau terbaca bahwa para wanita, seperti yang disebutkan salah satu hadits, amat mendominasi penduduk neraka. Sayangnya, dengan hadits itu, tak banyak diantara mereka yang benar-benar merasa tercambuk. Amal shalih hanya menjadi buah bibir dan penghias lisan namun tak terhentak anggota badan tuk memperagakannya. Apalagi ilmu yang menjadi titian ke surga itu tak pula mereka buru…”


***


Judul : Mawarku di Hari Esok

oleh: Fachrian Almer Akiera

Muraja'ah: Ustadz Djamaluddin, Lc.



***

Perkenankan kami mengirim senyuman cita-cita yang kami mekarkan dari kejauhan kota kami. Senyuman cita-cita ini benar-benar bersemi seiring meredanya hujan sore tadi saat dedaunan muda mulai hijau melebat di dahan-dahan pohon flamboyan.


Menulis catatan akhir pekan bagian kedua ini, selanjutnya, perkenankanlah pula kami mengutip sebuah permintaan agung yang terlontar dari lisan seorang wanita. Ia begitu mengharapkan dentuman risalah langit yang akan menyuburkan kabahagiaan di taman hatinya. Tak hanya itu, dari permintaannya tersebut, ada beberapa mutiara yang bisa menjadi penabur hikmah bagi mereka (para wanita) di zaman ini.


Rekaman permintaan ini kami temukan dalam kitab Li An-Nisa’i Ahkamun wa Adabun karya syaikh Muhammad bin Syakir Asy-Syarif. Kitab ini menghidangkan 43 hadits tentang wanita beserta uraiannya.



Abu Hurairah bercerita bahwa kaum wanita mendatangi Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Mereka berkata, ”wahai Rasulullah, kami tak bisa mengikuti majelismu karena banyak kaum lelaki. Berikanlah satu hari bagi kami untuk bermajelis dengan engkau.” Mendengar permintaan tersebut, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam setuju dan kemudian bertutur, “tempat kalian di kediaman fulan.” Mereka pun datang pada hari dan tempat yang dijanjikan.[1]



>>Sehari Saja Untuk Kami



“..Berikanlah satu hari bagi kami untuk bermajelis dengan engkau.”



Lihatlah, begitu mulianya apa yang mereka pinta. Mereka tak pintakan emas, permata atau berlian. Mereka pintakan kemuliaan melalui ilmu yang mereka buru: “Berikanlah satu hari bagi kami untuk bermajelis dengan engkau.”



Begitu irinya mereka kepada kaum laki yang selalu bermajelis dengan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Mereka meneguk sari pati ilmu langsung dari lisan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, mereka mempelajari hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Inilah ibadah yang agung. Iman mereka bertambah nan membuahkan ketakwaan. Mereka bergelut dengan hal-hal yang menambah kapasitas keilmuan. Mereka usahakan menjemput ilmu dan mendekati sosok-sosok yang membawa ilmu. Sungguh bertabur sejuta kebaikan dari apa yang mereka raih.



Inilah salah satu kebahagiaan itu yaitu mengenal dan memahami agama islam yang mulia. Mereka mengetahui bahwa kebahagiaan berbanding lurus dengan kejernihan ilmu dan bersihnya pendidikan syar’i.



Sungguh potret yang begitu bertolak belakang dengan wanita di zaman ini.



Wahai pena kami, lihatlah para wanita kita, mereka mengandrungi novel-novel picisan yang katanya islami. Mereka menikmati roman-roman fiktif yang menyeret mereka terjebak dalam dunia khayal. Mereka terbius dengan film-film drama cinta korea.



Memang benar, akan ternikmati mimpi-mimpi indah dan ilusi yang memabukkan ketika mereka melakoni apa yang kami sebutkan tetapi itu semua akan berakhir dengan terkikisnya kepribadian dan jati diri sebagai muslimah. Akan ada duka yang siap menginangi hati lalu membinasakan mereka.



Kami dapati diantara mereka benar-benar terbius dengan artis-artis pria korea yang katanya amat menawan itu. Foto-fotonya menjadi koleksi. Ada pula yang terharu bahagia ketika sang artis itu tampil di layar kaca. Parahnya, mereka teriak histeris memandang sang artis saat konser. Lisan-lisan mereka begitu sering terbumbui kisah-kisah atau adegan film sang idola.



Di lain waktu, untuk konsumsi bacaan, mereka penuhi dengan majalah yang jauh dari nilai-nilai nabawi. Gosip-gosip murahan bertumpuk dalam majalah itu. Mode-mode pakaian terkini pun menjadi bahan utama yang dibicarakan. Kisah-kisah fiktif nan murahan menyelusup dalam memori. Mereka lupa, atau tak tahu, majalah-majalah seperti itu secara perlahan membius alur berpikir. Ujung-ujungnya semua itu mengikis jati diri mereka sebagai muslimah yang layak menjadi wanita paling bahagia.



Inikah sumber bahagia itu?


Inikah sumber ilmu yang merupakan mata air keimanan itu?





>>Semburat Malu Tersipu



”wahai Rasulullah, kami tak bisa mengikuti majelismu karena banyak kaum lelaki.”


Agungnya ucapan itu. Sebuah ucapan agar mereka tak terlihat oleh laki-laki non mahram. Inilah sebuah ucapan yang terbalut pesona rasa malu yang begitu mengagumkan. Inilah sebuah ucapan yang menyembur dari hati yang terhiasi akhlak mulia sebagai wanita muslimah.


Wahai pena kami, marilah kita lihat bagaimana rasa malu wanita di zaman ini benar terkikis menipis.



Di facebook, mereka menampilkan aurat yang sungguh tak layak untuk dilihat. Mereka memajang foto-foto yang mengundang fitnah bagi kaum adam. Rambut yang menjadi mahkota pun dipamerkan. Lengan terbuka. Lehernya tak terbalut kain penutup. Muka atau wajah yang merupakan kumpulan titik pesona menjadi kebanggaan di hadapan non mahram.



Para wanita yang hanya sekedar saja menutup aurat pun tak kalah memamerkan apa yang ada pada diri mereka. Lekuk tubuh yang harus tertutup sempurna malah diekspos. Senyuman khas sang penggoda terpajang walaupun tak berniat menggoda.



Sungguh indah dan mulianya apa yang dikatakan Asma’ binti Abu bakar radhiyallahu anhuma. Beliau (Asma’) berkata:



“Kami menutupi wajah-wajah kami dari pandangan kaum laki-laki dan kami menyisir rambut kami terlebih dahulu ketika hendak melakukan ihram.”[2]



Begitu pula apa yang dikatakan Aisyah radhiallahu ‘anha:


“Adalah para pengendara melewati kami sedangkan kami tengah berihram bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Apabila para pengendara tersebut melewati kami, maka masing-masing dari kami menutupkan jilbabnya dari kepalanya agar menutupi wajahnya. Dan ketika mereka berlalu maka kami pun membukanya kembali.”[3]


Subhanallah.


Segala puji bagi Allah, sungguh segala puji bagi-Nya. Merekalah teladan dalam memahkotakan rasa malu di singgasana hati. Itulah rasa malu yang terpercik dari jernihnya telaga keimanan.


Kembali ke dunia maya, pada saat yang sama, obrolan-obrolan yang terbumbui dengan canda diantara lawan jenis menjadi suatu hal yang lumrah lalu berujung pada pembicaraan yang menyeret keduanya dalam maksiat hati.


Facebook yang seharusnya dimanfaatkan untuk menanmbah kapasitas keilmuan dengan membaca artikel-artikel, malah menjadi latar bagi drama cinta dunia maya. Mereka tak malu melabelkan diri dengan “in a relationship with” atau “engaged with”. Apa yang mereka inginkan?

Status facebook yang seyogyanya ditulis dengan hal-hal yang bisa menjadi pelajaran, malah jauh dari kesahajaan.



“aku mencintaimu sepenuh hatiku”


“kangeeeeeeeen”


“kau adalah belahan hatiku”


“aduh, kakiku caaaakiiiiit”


“ge dengerin musik nih”


“artis korea yang tadi kereeeeen banget”



Sungguh rasa malu yang menjadi penghias akhlak tak lagi menjadi balutan hati. Dimanakah rasa malu itu kini berada?



***


Ah, banyak sekali yang ingin kami paparkan. Tetapi baiklah kami titipkan salam untuk para wanita agar mereka mempercantik diri dengan kemuliaan islam dan merias diri dengan ilmu sehingga berbahagialah mereka arungi hari-hari di akhir zaman ini. Sudah selayaknya mereka menambah kapasitas keilmuan yang mendekatkan mereka kepada Rabb Yang Maha Agung yaitu dengan mempelajari tauhid dan aqidah yang shahih, mempelajari hukum dan adab-adab yang berhubungan dengan kewanitaan, bahkan mempelajari keterampilan-keterampilan yang bersifat keduniaan.


Pula, kami berharap mereka benar-benar membalut diri dengan rasa malu yang mulai terkikis fitnah-fitnah zaman. Sungguh rasa malu merupakan salah satu kemuliaan. Kelak ataupun saat ini, kami yakin, predikat “wanita paling bahagia di dunia” akan benar-benar mereka raih. Inilah senyuman cita-cita yang kami maksudkan itu.


Wallahu a’lam.



Subhanaka allahumma wabihamdika asyhadu alla ila hailla anta asytaghfiruka wa atuubu ilaika.



Mataram, Kota Ibadah,16 Zulqa'dah 1431 H

________

Referensi:

1. Kitab Li An-Nisa’i Ahkamun wa Adabun karya syaikh Muhammad bin Syakir Asy-Syarif

2. Kitab Hiraasatu Al-Fadhilah karya syaikh Bakr Abdullah Abu Zaid

3. beserta buku tambahan lainnya


________

Endnotes:


[1] HR Ahmad (7310), syaikh Al-Arnauth berkata, “sanadnya shahih sesuai syarat muslim”,; Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya (VII/203); Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad (I/64), juga diriwayatkan dalam kitab Shahihnya bab Kitab Ilmu (102).


[2] Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim, ia berkata: “Hadits ini shahih berdasarkan syarat Al-Bukhari dan Muslim. Hal ini disepakati oleh Adz-Dzahabi.”


[3] Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ad-Daaruquthni dan Al-Bahaqi